Rabu, 26 Januari 2011

Pengenalan Kinetika Kimia – Laju Reaksi Kinetika kimia merupakan salah satu cabang ilmu kimia fisika yang mempelajari laju reaksi. Laju reaksi berhubungan dengan pembahasan seberapa cepat atau lambar reaksi berlagsung. Sebagai contoh seberapa cepat reaksi pemusnahan ozon di atmosfer bumi, seberapa cepat reaksi suatu enzim dalam tubuh berlangsung dan sebagainya. Bila terdapat reaksi sebagai berikut: aA + bB -> cC + dD dimana a, b, c, dan d adalah koefisien reaksi dan A, B adalah reaktan dan C, D adalah produk reaksi. Laju reaksi dapat didefinikan sebagai pengurangan reaktan tiap satuan waktu dan derumuskan sebagai: atau didefinisikan sebagai penambahan jumlah produk tiap satuan waktu dan dirumuskan sebagai: tanda minus (-) digunakan pada reaktan disebabkan jumlah reaktan setelah t detik akan lebih kecil dibandingan dengan jumlah reaktan pada to (waktu awal) sehingga untuk mendapatkan hasil v yag bernilai positif maka harus ditambahkan tanda minus. Nilai v yang dicarai dari keempat cara diatas yaitu dengan memakai [A], [B], [C], dan [D] akan memiliki nilai yang sama. Persamaan Laju Reaksi Persamaan laju reaksi mendiskripsikan persamaan matematika yang dipegunakan dalam kinetika kimia yang menghubungkan antara laju reaksi dengan konsentrasi reaktan. Untuk reaksi yang sama seperti diatas, aA + bB -> cC + dD maka persamaan laju reaksinya secara umum dapat didefinisikan sebagai berikut: v = k[A]a[B]b dimana k adalah konstanta laju reaksi, a disebut orde reaksi terhadap A dan b disebut orde reaksi terhadap B. Penjumlahan a+b meghasilkan orde reaksi total. Persamaan laju reaksi tidak dapat ditentukan secara teoritis akan tetapi bisa ditentukan melalui percobaan kimia/eksperimental. Ada kalanya reaksi hanya dipengaruhi oleh satu reaktan atupun semua reaktan, dan nilai order reaksi bisa sama dengan koefisien reaksi maupun tidak. Berdasarkan orde reaksi totalnya maka reaksi dibedakan atas reaksi orde 1, orde 2, orde 3 dan sebagainya. Ada kalanya reaksi berorder “nol” yang artinya reaksi tidak dipengaruhi oleh reaktan yang terlibat dalam reaksi, dan biasanya terjadi pada reaksi dekomposisi/ penguraian. Bila terdapat reaktan yang berbentuk padatan maka reaktan ini tidak dimasukkan dalam persamaan reaksi disebabkan reaksi yang terjadi pada padatan hanya terjadi pada permukaan padatan sehingga konsentrasinya dianggap constant. Penggabungan laju reaksi dengan persamaan laju reaksi diatas dapat dinyatakan sebagai: Energi Aktifasi dan Persamaan Arrhenius Energi aktivasi adalah energi minimum yang harus dipenuhi agar reaksi dapat berjalan. Istilah energi aktifasi (Ea) pertama kali diperkenalkan oleh Svante Arrhenius dan dinyatakan dalam satuan kilojule per mol. Jika terdapat suatu reaksi sebagai berikut: Reaktan -> Produk Maka jika reaksi diatas berlangsung secara eksoterm maka diagram energi aktifasinya adalah sebagai berikut: Dan jika reaksinya endoterm maka diagramnya adalah sebagai berikut: Persamaan Arrhenius mendefisinkan secara kuantitatif hubungan antara energi aktivasi dengan konstanta laju reaksi, Dimana A adalah factor frekuensi dari reaksi, R adalah konstanta universal gas, T adalah temperature dalam Kelvin dan k adalah konstanta laju reaksi. Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa Ea dipengaruhi oleh temperature. Adanya katalis dalam suatu reaksi akan memperkecil besarnya energi aktifasi yang dimiliki oleh reaksi, dan dapat digambarkan dengan grafik berikut ini: Grafik biru adalah reaksi tanpa katalis dan grafik merah adalah reaksi dengan katalis dapat dilihat Ea1 (tanpa katalis) lebih besar daripada E2 (dengan katalis). Jadi adanya katalis akan memperkecil Ea reaksi sehingga reaksi dapat berlangsung dengan lebih cepat. Hal-hal Yang Mempengaruhi Laju Reaksi Banyak hal yang mempengaruhi kecepatan reaksi biasanya kecepatan suatu reaksi dipengaruhi oleh beberapa factor sekaligus dan ada kalanya factor-faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain. Beberapa factor yang mempengauhi kecepatan reaksi adalah: Sifat alami suatu reaksi. Beberapa reaksi memang secara alami lambat atau lebih cepat dibandingkan yang lain. Jumlah spesies yang ikut bereaksi serta keadaan fisik reaktan, ataupun kekompleksan jalanya (mekanisme reaksi) dan factor lain sangat menentukan kecepatan laju reaksi. Konsentrasi reaktan. Karena persamaan laju reaksi didefinisikan dalam bentuk konsentrsi reaktan maka dengan naiknya konsentrasi maka naik pula kecepatan reaksinya. Artinya semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak molekul reaktan yang tersedia denngan demikian kemungkinan bertumbukan akan semakin banyak juga sehingga kecepatan reaksi meningkat. Tekanan. Reaksi yang melibatkan gas, kecepatan reaksinya berbanding lurus dengan kenaikan tekanan dimana factor tekanan ini ekuivalen dengan konsentrasi gas. Orde reaksi. Orde reaksi menentukan seberapa besar konsentrasi reaktan berpengaruh pada kecepatan reaksi. Temperatur. Temperature berhubungan dengan energi kinetic yang dimiliki molekul-molekul reaktan dalam kecenderungannya bertumbukan. Kenaikan suhu umumnya menyediakan energi yang cukup bagi molekul reaktan untuk meningkatkan tumbukan antar molekul. Akan tetapi tidak semua reaksi dipengaruhi oleh temperature, terdapat reaksi yang independent terhadap temperature yaitu reaksi akan berjalan melambat saat temperature di naikkan seperti reaksi yang melibatkan radikal bebas. Pelarut. Banyak reaksi yang terjadi dalam larutan dan melibatkan pelarut. Sifat pelarut baik terhadap reaktan, hasil intermediate, dan produknya mempengaruhi laju reaksi. Seperti sifat solvasi pelarut terhadap ion dalam pelarut dan kekuatan interaksi ion dan pelarut dalam pembentukan counter ion. Radiasi elektromagnetik dan Intensitas Cahaya. Radiasi elektromagnetik dan cahaya merupakan salah satu bentuk energi. Molekul-molekul reaktan dapat menyerap kedua bentuk energi ini sehingga mereka terpenuhi atau meningkatkan energinya sehingga meningkatkan terjadinya tumbukan antar molekul Katalis. Adanya katalis dalam suatu sitem reaksi akan meningkatkan kecepatan reaksi disebabkan katalis menurunkan energi aktifasi. Dengan penurunan energi aktifasi ini maka energi minimum yang dibutuhkan untuk terjadinya tumbukkan semakin berkurang sehingga mempercepat terjadinya reaksi. Pengadukan. Proses pengadukan mempengaruhi kecepatan reaksi yang melibatkan sistem heterogen. Seperti reaksi yang melibatkan dua fasa yaitu fasa padatan dan fasa cair seperti melarutkan serbuk besi dalam larutan HCl, dengan pengadukan maka reaksi akan cepat berjalan.


Pengenalan Kinetika Kimia – Laju Reaksi


Kinetika kimia merupakan salah satu cabang ilmu kimia fisika yang mempelajari laju reaksi. Laju reaksi berhubungan dengan pembahasan seberapa cepat atau lambar reaksi berlagsung. Sebagai contoh seberapa cepat reaksi pemusnahan ozon di atmosfer bumi, seberapa cepat reaksi suatu enzim dalam tubuh berlangsung dan sebagainya. Bila terdapat reaksi sebagai berikut:
aA  + bB   ->  cC  + dD
dimana a, b, c, dan d adalah koefisien reaksi dan A, B adalah reaktan dan C, D adalah produk reaksi. Laju reaksi dapat didefinikan sebagai pengurangan reaktan tiap satuan waktu dan derumuskan sebagai:
rumuslajureaksi
atau didefinisikan sebagai penambahan jumlah produk tiap satuan waktu dan dirumuskan sebagai:
ru
tanda minus (-) digunakan pada reaktan disebabkan jumlah reaktan setelah t detik akan lebih kecil dibandingan dengan jumlah reaktan pada to (waktu awal) sehingga untuk mendapatkan hasil v yag bernilai positif maka harus ditambahkan tanda minus. Nilai v yang dicarai dari keempat cara diatas yaitu dengan memakai [A], [B], [C], dan [D] akan memiliki nilai yang sama.
Persamaan Laju Reaksi
Persamaan laju reaksi mendiskripsikan persamaan matematika yang dipegunakan dalam kinetika kimia yang menghubungkan antara laju reaksi dengan konsentrasi reaktan. Untuk reaksi yang sama seperti diatas,
aA  + bB   ->  cC  + dD
maka persamaan laju reaksinya secara umum dapat didefinisikan sebagai berikut:
v = k[A]a[B]b
dimana k adalah konstanta laju reaksi, a disebut orde reaksi terhadap A dan b disebut orde reaksi terhadap B. Penjumlahan a+b meghasilkan orde reaksi total. Persamaan laju reaksi tidak dapat ditentukan secara teoritis akan tetapi bisa ditentukan melalui percobaan kimia/eksperimental. Ada kalanya reaksi hanya dipengaruhi oleh satu reaktan atupun semua reaktan, dan nilai order reaksi bisa sama dengan koefisien reaksi maupun tidak.
Berdasarkan orde reaksi totalnya maka reaksi dibedakan atas reaksi orde 1, orde 2, orde 3 dan sebagainya. Ada kalanya reaksi berorder “nol” yang artinya reaksi tidak dipengaruhi oleh reaktan yang terlibat dalam reaksi, dan biasanya terjadi pada reaksi dekomposisi/ penguraian.
Bila terdapat reaktan yang berbentuk padatan maka reaktan ini tidak dimasukkan dalam persamaan reaksi disebabkan reaksi yang terjadi pada padatan hanya terjadi pada permukaan padatan sehingga konsentrasinya dianggap constant.
Penggabungan laju reaksi dengan persamaan laju reaksi diatas dapat dinyatakan sebagai:
rumuslajureaksi2

 

 

 

 

 

 

 

 

Energi Aktifasi dan Persamaan Arrhenius


Energi aktivasi adalah energi minimum yang harus dipenuhi agar reaksi dapat berjalan. Istilah energi aktifasi (Ea) pertama kali diperkenalkan oleh Svante Arrhenius dan dinyatakan dalam satuan kilojule per mol.
Jika terdapat suatu reaksi sebagai berikut:
Reaktan -> Produk
Maka jika reaksi diatas berlangsung secara eksoterm maka diagram energi aktifasinya adalah sebagai berikut:
grafikreaksieksoterm
Dan jika reaksinya endoterm maka diagramnya adalah sebagai berikut:
grafikreaksiendoterm
Persamaan Arrhenius mendefisinkan secara kuantitatif hubungan antara energi aktivasi dengan konstanta laju reaksi,
persamaanarrhenius
Dimana A adalah factor frekuensi dari reaksi, R adalah konstanta universal gas, T adalah temperature dalam Kelvin dan k adalah konstanta laju reaksi. Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa Ea dipengaruhi oleh temperature.
Adanya katalis dalam suatu reaksi akan memperkecil besarnya energi aktifasi yang dimiliki oleh reaksi, dan dapat digambarkan dengan grafik berikut ini:
grafikkatalis

Grafik biru adalah reaksi tanpa katalis dan grafik merah adalah reaksi dengan katalis dapat dilihat Ea1 (tanpa katalis) lebih besar daripada E2 (dengan katalis). Jadi adanya katalis akan memperkecil Ea reaksi sehingga reaksi dapat berlangsung dengan lebih cepat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hal-hal Yang Mempengaruhi Laju Reaksi

kecepatanreaksiBanyak hal yang mempengaruhi kecepatan reaksi biasanya kecepatan suatu reaksi dipengaruhi oleh beberapa factor sekaligus dan ada kalanya factor-faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain.
Beberapa factor yang mempengauhi kecepatan reaksi adalah:
Sifat alami suatu reaksi. Beberapa reaksi memang secara alami lambat atau lebih cepat dibandingkan yang lain. Jumlah spesies yang ikut bereaksi serta keadaan fisik reaktan, ataupun kekompleksan jalanya (mekanisme reaksi) dan factor lain sangat menentukan kecepatan laju reaksi.
Konsentrasi reaktan. Karena persamaan laju reaksi didefinisikan dalam bentuk konsentrsi reaktan maka dengan naiknya konsentrasi maka naik pula kecepatan reaksinya. Artinya semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak molekul reaktan yang tersedia denngan demikian kemungkinan bertumbukan akan semakin banyak juga sehingga kecepatan reaksi meningkat.
Tekanan. Reaksi yang melibatkan gas, kecepatan reaksinya berbanding lurus dengan kenaikan tekanan dimana factor tekanan ini ekuivalen dengan konsentrasi gas.
Orde reaksi. Orde reaksi menentukan seberapa besar konsentrasi reaktan berpengaruh pada kecepatan reaksi.
Temperatur. Temperature berhubungan dengan energi kinetic yang dimiliki molekul-molekul reaktan dalam kecenderungannya bertumbukan. Kenaikan suhu umumnya menyediakan energi yang cukup bagi molekul reaktan untuk meningkatkan tumbukan antar molekul. Akan tetapi tidak semua reaksi dipengaruhi oleh temperature, terdapat reaksi yang independent terhadap temperature yaitu reaksi akan berjalan melambat saat temperature di naikkan seperti reaksi yang melibatkan radikal bebas.
Pelarut. Banyak reaksi yang terjadi dalam larutan dan melibatkan pelarut. Sifat pelarut baik terhadap reaktan, hasil intermediate, dan produknya mempengaruhi laju reaksi. Seperti sifat solvasi pelarut terhadap ion dalam pelarut dan kekuatan interaksi ion dan pelarut dalam pembentukan counter ion.
Radiasi elektromagnetik dan Intensitas Cahaya. Radiasi elektromagnetik dan cahaya merupakan salah satu bentuk energi. Molekul-molekul reaktan dapat menyerap kedua bentuk energi ini sehingga mereka terpenuhi atau meningkatkan energinya sehingga meningkatkan terjadinya tumbukan antar molekul
Katalis. Adanya katalis dalam suatu sitem reaksi akan meningkatkan kecepatan reaksi disebabkan katalis menurunkan energi aktifasi. Dengan penurunan energi aktifasi ini maka energi minimum yang dibutuhkan untuk terjadinya tumbukkan semakin berkurang sehingga mempercepat terjadinya reaksi.
Pengadukan. Proses pengadukan mempengaruhi kecepatan reaksi yang melibatkan sistem heterogen. Seperti reaksi yang melibatkan dua fasa yaitu fasa padatan dan fasa cair seperti melarutkan serbuk besi dalam larutan HCl, dengan pengadukan maka reaksi akan cepat berjalan.



Energi Biomassa, Energi Terbarukan yang Merakyat


Energi Biomassa, Energi Terbarukan yang Merakyat


Hari demi hari kebutuhan energi di negara kita semakin banyak dan hal ini berbanding terbalik dengan produksi energi itu sendiri. Hal yang menjadi pokok masalah kita saat ini adalah tentang semakin minimnya bahan bakar fosil sebagai sumber energi.

Lalu bagaimana kita harus mengatasinya? Banyak teori tentang bagaimana menanggulangi krisis energi terutama energi dari bahan bakar fosil yaitu dengan menggunakan tenaga angin, surya, samudra, biomassa, nuklir, ataupun yang lainnya. Akan tetapi, bagaimana kita melakukannya sementara masih banyak orang Indonesia yang belum menyadari pentingnya hal tersebut untuk masa depan. Saat ini yang kita perlukan adalah individu-individu yang mempunyai inisiatif dan kreatifitas untuk menanggulangi hal itu.

Bagaimanapun ini merupakan tugas kita sebagai generasi muda untuk mewujudkannya karena masa depan ada di tangan kita. Yang perlu kita garisbawahi di sini adalah bahwa krisis energi di negara kita sangat berkaitan erat dengan masalah ekonomi nasional, karena BBM naik, semua bahan pangan ikut naik dan dampaknya adalah pada rakyat menengah ke bawah. Hal ini juga terjadi belahan dunia lainnya.

Masih dalam ingatan kita, bagaimana pemerintah “memaksa” rakyat untuk meninggalkan penggunaan kompor minyak tanah dan beralih ke kompor gas. Mereka yang belum siap menerima konversi ke kompor gas, menggunakan kayu bakar atau arang untuk memenuhi kebutuhan memasak sehari-harinya.

Biomassa

Biomassa (bahan bakar hayati/nabati) merupakan produk fotosintensis, yaitu butir-butir hijau daun yang dihasilkan klorofil yang bekerja sebagai semacam sel-sel surya, menyerap energi matahari dan mengonversi karbon dioksida menjadi suatu senyawa karbon, hidrogen, dan oksigen. Senyawa ini dapat dipandang sebagai suatu penyerapan energi yang dapat dikonversi menjadi suatu produk lain, misalnya arang/karbon, alkohol kayu, dan lain-lain.
CO2 + H20 + E —-> CX(H20)Y + O2
Dimana:

E = Energi cahaya matahari
CO2 = Gas karbondioksida
CX(H20)Y = Hidrokarbon yang terjadi
H20 = Air
* O2 = Oksigen

Dalam sebuah perhitungan dengan metode Rabinowitch, proses fotosintesis menyimpan/menyisihkan seperdua energi pembakaran yang secara maksimum per atom karbon.

Jenis-jenis biomassa dapat berasal dari limbah seperti limbah kelapa sawit, sekam padi, limbah tebu, dan kayu dan juga dapat berasal dari yang secara khusus ditanam misalnya jarak, sorgum, alga, dll. Bahan bakar cair yang dihasilkan kemudian dicampur dengan minyak dan sering disebut biofuel. Jika dicampur solar disebut biodiesel. Jika dicampur dengan bensin disebut bioetanol.

Kebun Energi

Salah satu pemikiran untuk membuat sebuah desa mandiri energi untuk keperluan rumah tangga adalah dengan membuat kebun energi. Kebun energi yang dimaksud adalah kebun yang ditanami dengan pohon kayu yang khusus diperuntukkan sebagai kayu bakar. Jenis pohon yang dianggap baik dan berkembang pesat adalah kaliandra dan lamtorogung. Selain pesat, batang pohon ini tidak terlampau besar, sehingga mudah dipotong sederhana dan cepat siap pakai.

Setelah kebun mulai tumbuh, keadaan tanah akan berangsur-angsur membaik, karena pohon lamtorogung merupakan pemupuk hijau (groenbemester), sehingga membuat tanah subur. Jikalau tersedia lahan besar, maka desa tersebut dapat mengekspor kelebihan kayu bakarnya ke desa lain. Dan jikalau kayu bakar itu dibuat menjadi arang, maka akan terdapat suatu pertambahan nilai dan hasil ini, bahkan dapat dikirim ke kota-kota besar atau bahkan diekspor.

Kompor Roket sebagai Implementasi Sederhana dari Biomassa

Namun, penggunaan arang secara konvensional juga dipandang masih kurang baik dalam segi efisiensi, efektivitas, dan keramahannya terhadap lingkungan. Jumlah kayu bakar yang digunakan dalam sehari dan besar panas pembakaran yang dihasilkan dinilai boros, karena antara waktu penggunaan kayu bakar dan waktu yang dibutuhkan pohon untuk dapat dijadikan kayu bakar tidak sebanding. Apalagi kalau digunakan dalam jumlah besar dan oleh banyak orang, hal itu akan mengakibatkan terjadinya pengeksploitasian pohon secara besar-besaran.

Kompor roket adalah salah satu teknologi kompor untuk mengoptimalkan kinerja bahan bakar kayu. Kompor ini juga dapat menggunakan bahan bakar rumput kering. Kompor roket yang mulai dikembangkan sejak tahun 1980 ini, didisain layaknya tungku pembakaran, namun yang dimanfaatkan untuk pembakaran adalah gas yang keluar dari kayu bakar tersebut, dan terlihat seperti kompor gas pada umumnya. Dengan kompor roket, jumlah kayu bakarnya setengah dari yang digunakan secara konvensional dapat menghasilkan besar panas pembakaran yang lebih tinggi. Tentunya proses pembakarannya lebih sempurna karena membuang sedikit hidrokarbon ke udara, sehingga lebih ramah lingkungan.


Kompor roket sudah banyak diaplikasikan di negara-negara di Afrika seperti Malawi, Uganda, Tanzania, Zambia, dan Mozambik. Mengingat potensinya di Indonesia yang memiliki sumber daya biomassa yang cukup melimpah dan rakyatnya sudah akrab dengan kayu bakar, implementasi sederhana energi biomassa melalui teknologi kompor roket dapat menjadi langkah awal bagi pemerintah untuk mulai mengurangi penggunaan energi fosil seperti gas yang tidak sustainable dan nantinya kita dapat menjadikan pengolahan energi biomassa lainnya seperti biofuel sebagai salah satu energi alternatif terdepan.

Langkah dan Solusi

Kiranya gambaran di atas dapat menjadikan kita sebagai kaum intelektual untuk serta memecahkan permasalahan di atas. Inisiatif masyarakat bawah harus didorong oleh kaum intelektual untuk bisa memecahkan dan mencari solusi. Dengan transfer pengetahuan, inisiatif dari masyarakat bisa terwujud. Masih terngiang dalam ingatan kita bagaimana perjuangan para kaum intelektual (mahasiswa) dalam melakukan demonstrasi penolakan kenaikan BBM. Namun sangat disayangkan perjuangan seakan-akan berhenti tatkala pemerintah tetap menaikkan harga BBM. Yang dibutuhkan saat ini adalah peran aktif kita sebagai kaum intelektual untuk menjadi bagian dari solusi krisis energi yang mengancam. Tanpa adanya peran aktif dan hanya menunggu kebijakan dari pemerintah (top down policies) maka bangsa ini akan semakin terjerat dalam lingkaran krisis energi.

Peran kaum intelektual dalam mendorong inisiatif masyarakat yang jauh dari perkembangan IPTEK harus dibarengi dengan kebijakan dari atas agar memantapkan langkah bangsa ini dari lingkaran krisis energi. Saat ini dibutuhkan kemandirian energi untuk mendorong kekuatan ekonomi bangsa. Kita tidak bisa mengandalkan sumber-sumber energi fosil (minyak bumi, batubara, dan gas )untuk menjaga ketahanan energi kita. Dalam blue cetak biru energi nasional, cadangan energi fosil khususnya minyak bumi semakin terbatas. Rasio antara cadangan dan produksi hanya 18 tahun. Dalam sumber lain mengatakan bahwa produksi minyak Indonesia saat ini mencapai 900.000 barel per hari, dan 50 persen dikirim ke luar negeri, mengingat 87 persen sektor migas dikuasai oleh asing. Kebutuhan minyak Indonesia sendiri saat inimencapai 1,4 juta barel per hari, sehingga masih perlu impor 950.000 barel per hari (ANTARA News, 15 Desember 2009). Oleh karena itu, diperlukan kesungguhan pemerintah dalam membuat kebijakan yang merakyat dan mendukung sistem pengembangan energi alternatif untuk mencukupi kebutuhan energi, salah satunya energi biomassa, energi terbarukan yang merakyat
♥♪♫♣♠   ♠♣♫♪♥
●      ☻     ●
●       ●

contoh makalah asam basa

Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan atas kehadhirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun mempunyai tujuan untuk mengetahui ilmu kimia yang khususnya pada makalah ini akan membahas tentang “ASAM DAN BASA”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dan dosen pembimbing yang telah sudi membantu penulis dalam menyusun makalah ini hingga selesai.
Penulis minta maaf jika ada kekurangan dalam makalah ini dan penulis mohon kritik dan sarannya kepada para pembaca agar penulis bisa memperbaiki kesalahan dan untuk mempermudah penulis dalam menyusun makalah yang lainnya dimasa mendatang.





                                                                                                                          Pekanbaru,Januari 2011

                                                                                                                                         Penulis











DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………………………………………………….
Daftar Isi………………………………………………………………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG………………………………………………………………………………………………………………………..
TUJUAN PENULISAN…………………………………………………………………………………………………………………….
BAB II ISI
Teori asam dan basa Arrhenius…………………………………………………………………………………………………….
Teori asam dan basa Brownsted Lowry………………………………………………………………………………………..
Teori asam dan basa menurut Lewis…………………………………………………………………………………………….
Bagaimanakah Cara Kerja Indikator……………………………………………………………………………………………….
Rentang pH Indikator……………………………………………………………………………………………………………………..
TITRASI ASAM BASA……………………………………………………………………………………………………………………….
Pemilihan Indikator untuk Titrasi……………………………………………………………………………………………………
Teori  Garam………………………………………………………………………………………………………………………………….
Asam Sulfat…………………………………………………………………………………………………………………………………….
LARUTAN BUFFER…………………………………………………………………………………………………………………………..

BAB III PENUTUP
KESIMPULAN………………………………………………………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………………..








































BAB I
PENDAHULUAN                             
LATAR BELAKANG
Asam dan basa secara tidak sadar merupakan bagian dari kehidupan kita. Kita senantiasa berinteraksi dengan asam dan basa setiap hari. Makanan yang kita konsumsi sebagian besar bersifat asam, sedangkan pembersih yang kita gunakan (sabun, detergen, dll.) adalah basa. Enzim-enzim dan protein dalam tubuh kita juga merupakan asam.
Selain itu, asam dan basa sangat berpengaruh terhadap kondisi lingkungan. Keasaman tanah akan berpengaruh terhadap kondisi tumbuhan yang ada di atasnya. Kualitas air juga dapat ditentukan dengan mengukur tingkat keasamannya. Suatu daerah yang dilanda hujan asam akan mengalami kerusakan lingkungan yang cukup buruk.
Kebanyakan asam dan basa (yang belum bercampur dengan senyawa lain) di alam berupa liquid (larutan). Karena bentuk inilah yang mudah untuk direaksikan dengan senyawa lainnya. Meskipun asam dan basa yang kita konsumsi sehari-hari berupa

padatan seperti makanan dan sabun, namun pada akhrinya tetap butuh diencerkan juga
(direaksikan atau dicampur dengan air) agar lebih mudah diserap atau digunakan.
Dari hal itulah, penyusun membuat makalah ini dengan judul “Larutan Asam dan Larutan Basa”.Alasan lainnya adalah agar sesuai dengan tema yang diberikan oleh dosen, yaitu asam dan basa.

TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui tentang kimia Asam basa,mulai dari teori-teori asam basa menurut berbagai pakar-pakar kimia,mengetahui derajat keasaman(pH) dengan menggunakan lakmus juga indicator pH.
                                                                                                                                                          
































BAB II
ISI
Teori asam dan basa Arrhenius
Di tahun 1886, Arrhenius mengusulkan teori disosiasi elektrolit, dengan teori ini ia mendefinisikan asam basa sebagai berikut:Asam adalah zat yang menghasilkan ion hidrogen dalam larutan.Basa adalah zat yang menghasilkan ion hidroksida dalam larutan.
Penetralan terjadi karena ion hidrogen dan ion hidroksida bereaksi untuk
menghasilkan air. 
Asam hidroklorida (asam klorida) dinetralkan oleh kedua larutan natrium hidroksida dan larutan amonia. Pada kedua kasus tersebut, kita akan memperoleh larutan tak berwarna yang dapat kita kristalisasi untuk mendapatkan garam berwarna putih - baik itu natrium klorida maupun amonium klorida. Keduanya jelas merupakan reaksi yang sangat mirip.
Pada kasus natrium hidroksida, ion hidrogen dari asam bereaksi dengan ion hidroksida dari natrium hidroksida - sejalan dengan teori Arrhenius. Akan tetapi, pada kasus amonia, tidak muncul ion hidroksida sedikit pun! kita bisa memahami hal ini dengan mengatakan bahwa amonia bereaksi dengan air yang melarutkan amonia tersebut untuk menghasilkan ion amonium dan ion hidroksida:
NaOH + HCl → NaO + H2O

NH3 + HCl NH4O
Pada kasus natrium hidroksida, ion hidrogen dari asam bereaksi dengan ion hidroksida dari natrium hidroksida - sejalan dengan teori Arrhenius. Akan tetapi, pada kasus amonia, tidak muncul ion hidroksida sedikit pun! kita bisa memahami hal ini dengan mengatakan bahwa amonia bereaksi dengan air yang melarutkan amonia tersebut untuk menghasilkan ion amonium dan ion hidroksida

                                          NH3 + H2O NH4 + H2O
Reaksi ini merupakan reaksi reversibel, dan pada larutan amonia encer yang khas, sekitar 99% sisa amonia ada dalam bentuk molekul amonia. Meskipun demikian, pada reaksi tersebut terdapat ion hidroksida, dan kita dapat menyelipkan ion hidroksida ini ke dalam teori Arrhenius.
Akan tetapi, reaksi yang sama juga terjadi antara gas amonia dan gas  
hidrogen klorida.
NH3 + HCl NH4Cl
Pada kasus ini, tidak terdapat ion hidrogen atau ion hidroksida dalam larutan - karena bukan merupakan suatu larutan. Teori Arrhenius tidak menghitung reaksi ini sebagai reaksi asam-basa, meskipun pada faktanya reaksi tersebut menghasilkan produk yang sama seperti ketika dua zat tersebut berada dalam larutan. Asam merupakan zat yang memiliki sifat-sifat yang spesifik, misalnya memiliki rasa asam, dapat merusak permukaan logam juga lantai marmer atau sering disebut dengan korosif. Asam juga dapat bereaksi dengan logam dan menghasilkan gas hydrogen, sebagai indicator sederhana terhadap senyawa asam, dapat dipergunakan kertas lakmus, dimana asam dapat mengubah kertas lakmus biru menjadi merah.
Basa merupakan zat yang memiliki sifat-sifat yang spesifik, seperti licin jika mengenai kulit dan terasa getir serta dapat merubah kertas lakmus merah menjadi biru.
Konsep asam-basa telah berkembang dan sampai dengan saat ini tiga konsep sangat membantu kita dalam memahami reaksi kimia dan pembentukan molekul-molekul baru. Asam menurut Arhenius, zat dikatakan sebagai asam jika dalam bentuk larutannya dapat melepaskan ion H+, dan ion hydrogen merupakan pembawa sifat asam. Perhatikan bagan 8.9,
bagan 8.9
Bagan 8.9. Konsep Asam Arhenius
dibawah ini diberikan dua contoh asam ;
HCl H+ + Cl-
H2SO4 H+ + HSO4-
Sedangkan basa adalah zat yang alam bentuk larutannya dapat melepaskan ion OH-, dan ion hidroksida merupakan pembawa sifat basa.
Dibawah ini diberikan dua contoh basa, perhatikan juga bagan 8.10.
bagan 8.10
Bagan 8.10. Konsep Basa Arhenius
NaOH Na+ + OH-
NH4OH NH4+ + OH-
Dari pengertian tersebut dapat kita cermati bahwa air merupakan gabungan dari ion hydrogen pembawa sifat asam dan ion hidroksida pembawa sifat basa, kehadiran kedua ion ini saling menetralisir sehingga air merupaka senyawa yang bersifat netral.
H2O H+ + OH-
Persamaan diatas menunjukkan adanya ion hydrogen [H+] yang bermuatan positif dan ion hidroksida [OH-] yang bermuatan negatif. Selanjutnya reaksi-reaksi yang melibatkan kedua ion tersebut dikenal dengan reaksi netralisasi.

Teori Asam dan Basa Bronsted-Lowry

• Asam adalah donor proton (ion hidrogen).
• Basa adalah akseptor proton (ion hidrogen).

Di tahun 1923, kimiawan Denmark Johannes Nicolaus Bronsted (1879-1947) dan kimiawan Inggris Thomas Martin Lowry (1874-1936) secara independen mengusulkan teori asam basa baru, yang ternyata lebih umum.Asam : zat yang menghasilkan dan mendonorkan proton (H+) pada zat lain.Basa : zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat lain. Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan
sebagai reaksi asam basa, yakni

• HCl(g) + NH3(g) –>NH4Cl(s) Bagan 8.11.
Konsep Asam-basa menurut Lowry dan Bronsted
Menurut Lowry dan Bronsted, zat dikayakan sebagai asam karena memiliki kemampuan untuk mendonorkan protonnya, sedangkan basa adalah zat yang menerima proton, sehingga dalam sebuah reaksi dapat melibatkan asam dan basa.




Perhatikan contoh reaksi pelarutan amoniak dalam air.
artikel 10
Reaksi kekanan NH3 berperan sebagai aseptor proton (basa) dan H2O sebagai donor proton (asam). Sedangkan reaksi ke kiri, ion amonium (NH4+) dapat mendonorkan protonnya, sehingga berperan sebagai asam, sering disebut dengan asam konyugasi
Untuk ion hidroksida (OH-) dapat menerima proton dan berperan sebagai basa dan disebut dengan basa konyugasi.
Reaksi diatas menghasilkan pasangan asam basa konyugasi, yaitu asam 1 dengan basa konyugasinya, dan basa 2 dengan asam konyugasinya. Untuk lebih jelasnya contoh lain diberikan seperti pada bagan 8.11, dua molekul NH3 dapat bereaksi, dimana salah satu molekulnya dapat bertindak sebagai donor proton dan molekul lain bertindak sebagai penerima proton. Hasil reaksi dua molekul tersebut menghasilkan asam konyugasi dan basa konyugasi.
bagan 8.11


Manfaat Teori Asam Basa Menurut brownsted Lowry:

1.) Aplikasinya tidak terbatas pada pelaru air,melainkan untuk semua pelarut yang mengandung atom Hidrogen dan bahkan tanpa pelarut.

2.) Asam dan Basa tidak hanya berwujud molekul,tetapi juga dapat berupa anion dan kation.




Teori Asam dan Basa Menurut Lewis

1.) Asam adalah akseptor pasangan electron

2.) Basa adalah donor pasangan elektron
Perkembangan selanjutnya adalah konsep asam-basa Lewis, zat dikatakan sebagai asam karena zat tersebut dapat menerima pasangan elektron bebas dan sebaliknya dikatakan sebagai basa jika dapat menyumbangkan pasangan elektron. Konsep asam basa ini sangat membantu dalam menjelaskan reaksi organik dan reaksi pembentukan senyawa kompleks yang tidak melibatkan ion hidrogen maupun proton. Reaksi antara BF3 dengan NH3, dimana molekul NH3 memiliki pasangan elektron bebas, sedangkan molekul BF3 kekurangan pasangan elektron (Bagan 8.12).
bagan 8.12
Bagan 8.12. Konsep Asam menurut Lewis
NH3 + BF3 F3B-NH3
Pada reaksi pembentukan senyawa kompleks, juga terjadi proses donor pasangan elektron bebas seperti;
AuCl3 + Cl- Au(Cl4)-
ion klorida memiliki pasangan elektron dapat disumbangkan kepada atom Au yang memiliki orbital kosong (ingat ikatan kovalen koordinasi). Dalam reaksi ini senyawa AuCl3, bertindak sebagai asam dan ion klorida bertindak sebagai basa.


Bagaimanakah cara kerja indikator

Indikator sebagai asam lemah
1.Lakmus
Lakmus adalah asam lemah. Lakmus memiliki molekul yang sungguh rumit yang akan kita sederhanakan menjadi HLit. "H" adalah proton yang dapat diberikan kepada yang lain. "Lit" adalah molekul asam lemah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa akan terjadi kesetimbangan ketika asam ini dilarutkan dalam air. Pengambilan versi yang disederhanakan kesetimbangan ini:

Lakmus yang tidak terionisasi adalah merah, ketika terionisasi adalah biru.
Sekarang gunakan Prinsip Le Chatelier untuk menemukan apa yang terjadi jika anda menambahkan ion hidroksida atau beberapa ion hidrogen yang lebih banyak pada kesetimbangan ini.



Penambahan ion hidroksida:
Penambahan ion hidrogen:
Jika konsentrasi Hlit dan Lit- sebanding:
Pada beberapa titik selama terjadi pergerakan posisi kesetimbangan, konsentrasi dari kedua warna akan menjadi sebanding. Warna yang anda lihat merupakan pencampuran dari keduanya.
Alasan untuk membubuhkan tanda kutip disekitar kata "netral" adalah bahwa tidak terdapat alasan yang tepat kenapa kedua konsentrasi menjadi sebanding pada pH 7. Untuk lakmus, terjadi perbandingan warna mendekati 50 / 50 pada saat pH 7 – hal itulah yang menjadi alasan kenapa lakmus banyak digunakan untuk pengujian asam dan basa. Seperti yang akan anda lihat pada bagian berikutnya, hal itu tidak benar untuk indikator yang lain.
2.Jingga metil (Methyl orange)
Jingga metil adalah salah satu indikator yang banyak digunakan dalam titrasi. Pada larutan yang bersifat basa, jingga metil berwarna kuning dan strukturnya adalah:
Sekarang, anda mungkin berfikir bahwa ketika anda menambahkan asam, ion hidrogen akan ditangkap oleh yang bermuatan negatif oksigen. Itulah tempat yang jelas untuk memulainya. Tidak begitu!
Pada faktanya, ion hidrogen tertarik pada salah satu ion nitrogen pada ikatan rangkap nitrogen-nitrogen untuk memberikan struktur yang dapat dituliskan seperti berikut ini:
Anda memiliki kesetimbangan yang sama antara dua bentuk jingga metil seperti pada kasus lakmus – tetapi warnanya berbeda.
Anda sebaiknya mencari sendiri kenapa terjadi perubahan warna ketika anda menambahkan asam atau basa. Penjelasannya identik dengan kasus lakmus – bedanya adalah warna.
Pada kasus jingga metil, pada setengah tingkat dimana campuran merah dan kuning menghasilkan warna jingga terjadi pada pH 3.7 – mendekati netral. Ini akan diekplorasi dengan lebih lanjut pada bagian bawah halaman.
3.Fenolftalein
Fenolftalein adalah indikator titrasi yang lain yang sering digunakan, dan fenolftalein ini merupakan bentuk asam lemah yang lain.
Pada kasus ini, asam lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah muda terang. Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke arah kiri, dan mengubah indikator menjadi tak berwarna. Penambahan ion hidroksida menghilangkan ion hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah ke kanan untuk menggantikannya – mengubah indikator menjadi merah muda.
Setengah tingkat terjadi pada pH 9.3. Karena pencampuran warna merah muda dan tak berwarna menghasilkan warna merah muda yang pucat, hal ini sulit untuk mendeteksinya dengan akurat!

 

Rentang pH indikator

Pentingnya pKind
Berpikirlah tentang indikator yang umum, HInd – dimana "Ind" adalah bagian indikator yang terlepas dari ion hidrogen yang diberikan keluar:

Karena hal ini hanya seperti asam lemah yang lain, anda dapat menuliskan ungkapan Ka untuk indikator tersebut. Kita akan menyebutnya Kind untuk memberikan penekanan bahwa yang kita bicarakan di sini adalah mengenai indikator.
Pikirkanlah apa yang terjadi pada setengah reaksi selama terjadinya perubahan warna. Pada titik ini konsentrasi asam dan ion-nya adalah sebanding. Pada kasus tersebut, keduanya akan menghapuskan ungkapan Kind.
anda dapat menggunakan hal ini untuk menentukan pH pada titik reaksi searah. Jika anda menyusun ulang persamaan yang terakhir pada bagian sebelah kiri, dan kemudian mengubahnya pada pH dan pKind, anda akan memperoleh:
Hal itu berarti bahwa titik akhir untuk indikator bergantung seluruhnya pada harga pKind. Untuk indikator yang kita miliki dapat dilihat dibawah ini:





indikator
pKind
lakmus
6.5
jingga metil
3.7
fenolftalein
9.3
Rentang pH indikator
Indikator tidak berubah warna dengan sangat mencolok pada satu pH tertentu (diberikan oleh harga pKind-nya). Malahan, mereka mengubah sedikit rentang pH.
Dengan mengasumsikan kesetimbangan benar-benar mengarah pada salah satu sisi, tetapi sekarang anda menambahkan sesuatu untuk memulai pergeseran tersebut. Selama terjadi pergeseran kesetimbangan, anda akan memulai untuk mendapatkan lebih banyak dan lebih banyak lagi pembentukan warna yang kedua, dan pada beberapa titik mata akan mulai mendeteksinya.
Sebagai contoh, jika anda menggunakan jingga metil pada larutan yang bersifat basa maka warna yang dominan adalah kuning. Sekarang mulai tambahkan asam karena itu kesetimbangan akan mulai bergeser.
Pada beberapa titik akan cukup banyak adanya bentuk merah dari jingga metil yang menunjukkan bahwa larutan akan mulai memberi warna jingga. Selama anda melakukan penambahan asam lebih banyak, warna merah akhirnya akan menjadi dominan yang mana anda tidak lagi melihat warna kuning.
Terjadi perubahan kecil yang berangsur-angsur dari satu warna menjadi warna yang lain, menempati rentang pH. Secara kasar "aturan ibu jari", perubahan yang tampak menempati sekitar 1 unit pH pada tiap sisi harga pKind.
Harga yang pasti untuk tiga indikator dapat kita lihat sebagai berikut:

indikator
pKind
pH rentang pH
lakmus
6.5
5 – 8
jingga metil
3.7
3.1 – 4.4
fenolftalein
9.3
8.3 – 10.0
Perubahan warna lakmus terjadi tidak selalu pada rentang pH yang besar, tetapi lakmus berguna untuk mendeteksi asam dan basa pada lab karena perubahan warnanya sekitar 7. Jingga metil atau fenolftalein sedikit kurang berguna.
Berikut ini dapat dilihat dengan lebih mudah dalam bentuk diagram.
Sebagai contoh, jingga metil akan berwarna kuning pada tiap larutan dengan pH lebih besar dari 4.4. Hal ini tidak dapat dibedakan antara asam lemah dengan pH 5 atau basa kuat dengan pH 14.
Derajat keasaman (pH)
Konsentrasi ion H+ dalam larutan disebut derajat keasaman (pH). Rumus pH dituliskan sebagai berikut :
rumus_ph
gambar_13_8
Untuk air murni pada temperatur 25 °C :
[H+] = [OH-] = 10-7 mol/L
Sehingga pH air murni = – log 10-7 = 7.
Atas dasar pengertian ini, maka :
x  Jika pH = 7, maka  larutan bersifat netral
x  Jika pH < 7, maka larutan bersifat asam
x  Jika pH > 7, maka larutan bersifat basa
x  Pada temperatur kamar : pKw = pH + pOH = 14
Telah disinggung dalam pembahasan sebelumnya bahwa asam terbagi menjadi dua, yaitu asam kuat dan asam lemah. Begitu juga pada larutan basa terbagi menjadi dua, yaitu basa kuat dan basa lemah. Pembagian ini sangat membantu dalam penentuan derajat keasaman (pH).
Asam kuat
Disebut asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1). Untuk menyatakan derajat  keasamannya, dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asamnya dengan melihat valensinya.
Contoh :
x  Hitung pH larutan dari 100 ml larutan 0.01 M HCl!
Jawab :
jabaw1
x  Hitung pH larutan dari 2 liter larutan 0.1 mol asam sulfat!
Jawab :
jawab2
Asam lemah
Disebut asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya derajat keasaman tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asam lemahnya (seperti halnya asam kuat). Penghitungan derajat keasaman dilakukan dengan menghitung konsentrasi [H+] terlebih dahulu dengan rumus :
asam_lemah
di mana, Ca = konsentrasi asam lemah
Ka = tetapan ionisasi asam lemah
Contoh :
Hitunglah pH dari 0,025 mol CH3COOH dalam 250 mL larutannya, jika Ka = 10-5!
Jawab :
jawab_asam_lemah

Basa kuat
Disebut basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1). Pada penentuan derajat keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung nilai pOH dari konsentrasi basanya.
Contoh :
x  Hitung pH dari 100 mL larutan KOH 0,1 M !
Jawab :
jawab_basa_kuat1
x  Hitung pH dari 500 mL larutan Ca(OH)2 0,01 M !
Jawab :
jawab_basa_kuat2
Basa lemah
Disebut basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya,  α  ≠ 1, (0 <  α < 1). Penentuan besarnya konsentrasi OH- tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya basa kuat), akan tetapi harus dihitung dengan menggunakan rumus :
basa_lemah
di mana, Cb = konsentrasi basa lemah
Kb = tetapan ionisasi basa lemah

TITRASI ASAM BASA
Titrasi asam-basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi. Dalam titrasi ini, kita dapat menggunakan larutan standar asam dan larutan standar basa. Pada prinsipnya, reaksi yang terjadi adalah reaksi netralisasi yaitu :
artikel 8
Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dengan ion hidroksida sebagai basa dan membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep lain reaksi netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa).
Dalam menganalisis sampel yang bersiaft basa, maka kita dapat menggunakan larutan standar asam, metode ini dikenal dengan istilah asidimetri. Sebaliknya jika kita menentukan sampel yang bersifat asam, kita akan menggunkan lartan standar basa dan dikenal dengan istilah alkalimetri.
Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat mengamati perubahan pH, khususnya pada saat akan mencapai titik akhir titrasi, hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna dari indikator lihat Gambar 15.16.
gambar 15.16
Gambar 15.16. Titrasi alkalimetri dengan larutan standar basa NaOH
Analit bersifat asam pH mula-mula rendah, penambahan basa menyebabkan pH naik secara perlahan dan bertambah cepat ketika akan mencapai titik ekuivalen (pH=7). Penambahan selanjutnya menyebakan larutan kelebihan basa sehingga pH terus meningkat. Dari Gambar 15.16, juga diperoleh informasi indikator yang tepat untuk digunakan dalam titrasi ini dengan kisaran pH pH 7 – 10 (Tabel 15.2).
tabel 15.2
Tabel 15.2. Indikator dan perubahan warnanya pada pH tertentu
Pamanfaatan teknik ini cukup luas, untuk alkalimetri telah dipergunakan untuk menentukan kadar asam sitrat. Titrasi dilakukan dengan melarutkan sampel sekitar 300 mg kedalam 100 ml air. Titrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0.1 N dengan menggunakan indikator phenolftalein. Titik akhir titrasi diketahui dari larutan tidak berwarna berubah menjadi merah muda. Selain itu alkalimetri juga dipergunakan untuk menganalisis asam salisilat, proses titrasi dilakukan dengan cara melarutkan 250 mg sampel kedalam 15 ml etanol 95% dan tambahkan 20 ml air. Titrasi dengan NaOH 0.1 N menggunakan indikator phenolftalein, hingga larutan berubah menjadi merah muda.




 

 

 

 

Pemilihan indikator untuk titrasi

Harus diingat bahwa titik ekivalen titrasi yang mana anda memiliki campuran dua zat pada perbandingan yang tepat sama. anda tak pelak lagi membutuhkan pemilihan indikator yang perubahan warnanya mendekati titik ekivalen. Indikator yang dipilih bervariasi dari satu titrasi ke titirasi yang lain.


Asam kuat vs basa kuat
Diagram berikut menunjukkan kurva pH untuk penambahan asam kuat pada basa kuat. Bagian yang diarsir pada gambar tersebut adalah rentang pH untuk jingga metil dan fenolftalein.
anda dapat melihat bahwa tidak terdapat perubahan indikator pada titik ekivalen.
Akan tetapi, gambar menurun tajam pada titik ekivalen tersebut yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan pada volume asam yang ditambahkan apapun indikator yang anda pilih. Akan tetapi, hal tersebut berguna pada titrasi untuk memilihih kemungkinan warna terbaik melalui penggunaan tiap indikator.
Jika anda mengguanakan fenolftalein, anda akan mentitrasi sampai fenolftalein berubah menjadi tak berwarna (pada pH 8,8) karena itu adalah titik terdekat untuk mendapatkan titik ekivalen.
Dilain pihak, dengan menggunakan jingga metil, anda akan mentitrasi sampai bagian pertama kali muncul warna jingga dalam larutan. Jika larutan berubah menjadi merah, anda mendapatkan titik yang lebih jauh dari titik ekivalen.







Asam kuat vs basa lemah
Kali ini adalah sangat jelas bahwa fenolftalein akan lebih tidak berguna. Akan tetapi jingga metil mulai berubah dari kuning menjadi jingga sangat mendekati titik ekivalen.
anda memiliki pilihan indiaktor yang berubah warna pada bagian kurva yang curam.
Asam lemah vs basa kuat
Kali ini, jingga metil sia-sia! Akan tetapi, fenolftalein berubah warna dengan tepat pada tempat yang anda inginkan.
Asam lemah vs basa lemah
Kurva berikut adalah untuk kasus dimana asam dan basa keduanya sebanding lemahnya – sebagai contoh, asam etanoat dan larutan amonia. Pada kasus yang lain, titik ekivalen akan terletak pada pH yang lain.
Anda dapat melihat bahwa kedua indikator tidak dapat digunakan. Fenolftalein akan berakhir perubahannya sebelum tercapai titik ekivalen, dan jingga metil jauh ke bawah sekali.
Ini memungkinkan untuk menemukan indiaktor yang memulai perubahan warna atau mengakhirinya pada titik eqivalen, karena pH titik ekivalen berbeda dari kasus yang satu ke kasus yang lain, anda tidak dapat mengeneralisirnya.
Secara keseluruhan, anda tidak akan pernah mentitrasi asam lemah dan asam basa melalui adanya indikator.
Larutan natrium karbonat dan asam hidroklorida encer
Berikut ini adalah kasus yang menarik. Jika anda menggunakan fenolftalein atau jingga metil, keduanya akan memberikan hasil titirasi yang benar – akan tetapi harga dengan fenolftalein akan lebih tepat dibandingkan dengan bagian jingga metil yang lain.
Hal ini terjadi bahwa fenolftalein selesai mengalami perubahan warnanya pada pH yang tepat dengan titik ekivalen pada saat untuk pertamakalinya natrium hidrogenkarbonat terbentuk.

Perubahan warna jingga metil dengan tepat terjadi pada pH titik ekivalen bagian kedua reaksi.
 








Teori Garam
Pengertian
Dalam kimia, garam ialah senyawa netral yang terdiri atas ion-ion.
Garam juga bisa berarti:
ý Garam dapur, digunakan sebagai bumbu dan pengawet makanan
ý Natrium klorida, bahan baku utama garam dapur
ý Garam (kriptografi), vektor inisialisasi sandi rahasia blok
ý Bisa juga merujuk pada tiap arti ganda penggaraman
Garam (kimia)
Natrium klorida (NaCl) adalah bahan utama garam dapur
Dalam ilmu kimia, garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Garam terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa. Natrium klorida (NaCl), bahan utama garam dapur adalah suatu garam.
Larutan garam dalam air merupakan larutan elektrolit, yaitu larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Cairan dalam tubuh makhluk hidup mengandung larutan garam, misalnya sitoplasma dan darah.
Reaksi kimia untuk menghasilkan garam antara lain
1. Reaksi antara asam dan basa, misalnya HCl + NH3 NH4Cl.
2. Reaksi antara logam dan asam kuat encer, misalnya Mg + 2 HCl MgCl2 + H2
Keterangan: logam mulia umumnya tidak bereaksi dengan cara ini.
Pendahuluan
Garam dapat melalui reaksi antara asam dan basa. Produk reaksi yang lain adalah air. Reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air, reaksi ini disebut Reaksi Netralisasi. Akan tetapi kenyataannya larutan garam tidak selalu bersifar netral.
ý NaCl º bersifat netral
ý NH4Cl º bersifat asam
ý NaCH3COO º bersifat basa
Mengapa larutan garam ada yang bersifat asam, basa dan netral? Hal ini dapat dijelaskan dengan konsep HIDROLIS.
Asam Klorida + Natrium Hidroksida Natrium Klorida + Air
Asam + Basa Garam + Air
Garam dipisahkan dari air dengan metode evaporasi.
Beberapa garam yang dihasilkan melalui reaksi netralisasi antara lain :
Asam Klorida + Kalsium Hidroksida Kalsium Klorida + Air
Asam Sulfat + Kalium Hidroksida Kalium Sulfat + Air
Asam Nitrat + Lithium Hidroksida Lithium Nitrat + Air
Pengertian Hidrolis
Garam adalah termasuk elektrolit kuat, maka jika garam dilarutkan didalam air akan mengalami penguraian menjadi komponen-komponennya yaitu kation dan anionnya. Untuk beberapa kasus, ion-ion tersebut merupakan asam atau baa yang lemah. Reaksi antara ion-ion tersebut dengan air membentuk H3O+ atau OH disebut
Reaksi Hidrolisis (hidro = air dan lisis = penguraian)
Penentuan pH
Larutan garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah bersifat asam.
Larutan garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat bersifat basa.
Larutan garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah dapat bersifat asam, basa dan netral. Ini tergantung pada bergantung pada kekuatan relatif asam atau basa dari garam yang terbentuk. Untuk jenis garam ini baik kation maupun anion dapat bereaksi dengan air (ter hidrolis), maka dapat dikatakan bahwa garam jenis ini mengalami hidrolis total.
Untuk menentukan pH larutan garam yang bersal dari Asam lemah dan Basa lemah, secara kuantitaif sukar dikaitkan dengan harga Ka dan Kb maupun dengan konsentrat garamnya. pH yang tepat hanya dapat ditentukan dengan cara pengukuran. Namun pH garam dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus :
[H+] = Kw x Ka

Text Box: [H+] =         Kw x Ka    e    Kb            Botol berisi 2,5 liter asam asetat di laboratorium


Asam sulfat
Asam sulfat mempunyai rumus kimia H2SO4, merupakan asam mineral yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua kepekatan.
Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan, termasuk dalam kebanyakan reaksi kimia dan proses pembuatan. Ia digunakan secara meluas sebagai bahan kimia pengilangan. Kegunaan utama termasuk produksi baja, memproses bijih mineral, sistesis kimia, pemrosesan air limbah dan penapisan minyak.
Reaksi hidrasi asam sulfat adalah reaksi eksoterm yang kuat. Jika air ditambah kepada asam sulfat pekat, ia mampu mendidih. Senantiasa tambah asam kepada air dan bukan sebaliknya. Sebagian dari masalah ini disebabkan perbedaan isipadu kedua cairan. Air kurang padu berbanding asam sulfat dan cenderung untuk terapung di atas asam. Reaksi terhasil boleh dianggap sebagai membentuk ion hidronium, seperti:
H2SO4 + H2O H3O+ + HSO4-.
Disebabkan asam sulfat bersifat mengeringkan, asam sulfat merupakan agen pengeringan yang baik, dan digunakan dalam pengolahan kebanyakan buah-buahan kering.
Apabila gas SO3 pekat ditambah kepada asam sulfat, ia membentuk H2S2O7. Ini dikenali sebagai asam sulfat fuming atau oleum atau, jarang-jarang sekali, asam Nordhausen.
Di atmosfer, zat ini termasuk salah satu bahan kimia yang menyebabkan hujan asam
Asam sulfat dipercayai pertama kali ditemukan di Iran oleh Al-Razi pada abad ke-9.

pH KELARUTAN
ASAM & BASA
Indikator Universal
Ungu tua
pH 14
Ungu kurang tua
pH 13
Ungu muda
pH 12
Ungu lebih muda
pH 11
Ungu sangat muda
pH 10
Indigo
pH 9
Biru
pH 8
Hijau
pH 7
Kuning
pH 6
Jingga
pH 5
Merah sangat muda
pH 4
Merah lebih muda
pH 3
Merah
pH 2
Merah agak tua
pH 1
Dalam air murni harga [H+] sama dengan [OH-] yaitu 10-7, harga pH asam dan basa mulai dari 1 sampai 14.
Untuk meyederhanakan penulisan seorang ahli kimia Denmark, S.P.L Sorensen (1868 – 1939) pada tahun 1909 menggunakan skala untuk menyatakan konsentrasi H+ suatu larutan. Skala tersebut diberi nama skala pH. Nilai pH sama dengan negatif Logaritma konsentrasi ion H+. dituliskan sebagai berikut :
pH = - Log [H+]
Text Box: pH = - Log [H+]Jika [H+] = x kali 10-n maka pH = n – log x
Jika [H+] = 1 x 10-n maka pH = n
Sebaliknya Jika pH = n maka [H+] = x kali 10-n maka
pOH = - Log [OH+]
Text Box: pOH = - Log [OH+]pH merupakan suatu parameter untuk menyatakan tingkat keasaman larutan.
Larutan asam memiliki pH kurang dari 7
Larutan basa memiliki pH lebih dari 7
Larutan Netral pH = 7
pH dapat ditentukan dengan menggunakan indicator universal atau dengan pH meter.
Batas-batas pH ketika indicator mengalami perubahan warna disebut Trayek Perubahan Warna. Trayek Perubahan Warna warna lakmus adalah 5,5 – 8,8.
Trayek Perubahan Warna Beberapa Indikator
INDIKATOR
Trayek Perubahan Warna
Perubahan Warna
Metil Jingga
2.9 – 4.0
Merah º Kuning
Meril Merah
4.2 – 6.3
Merah º Kuning
Bromtimol biru
6.0 – 7.6
Kuning º Biru
Fenolftalein
8.3 – 10.0
Tidak berwarna º Merah
Kertas Lakmus
Kertas Lakmus merah menjadi biru dalam larutan basa dan lakmus biru menjadi merah dalam larutan asam.
Lakmus berwarna merah dalam larutan dengan rentang pH sampai 5,5.
lakmus berwarna biru dalam larutan mulai pada pH = 8,8.
Pada larutan dengan pH 5,5 sampai 8,8 warna lakmus merupakan kombinasi warna merah dan biru.
Menghitung pH Larutan Asam dan Basa
Asam Kuat
[H+] = M x Valensi Asam
Text Box:  [H+] = M x Valensi AsamAsam Kuat mengion sempurna dalam air, pH larutan dapat ditemukan jika [H+] diketahui :
Asam Lemah
[H+] = eKa x M = a x M
Text Box: [H+] = eKa x M  =  a x MAsam Lemah tidak mengion sempurna dalam air, pH larutan dapat ditemukan jika [H+] diketahui :
Dimana :
Ka = Tetapan ionisasi asam
M = Konsentrasi asam
a = Derajat ionisasi
Basa Kuat
[OH+] = M x Valensi Basa
Text Box:  [OH+] = M x Valensi BasaBasa Kuat mengion sempurna dalam air, pH larutan dapat ditemukan jika [OH+] diketahui :
Basa Lemah
Basa Lemah tidak mengion sempurna dalam air, pH larutan dapat ditemukan jika [OH+] diketahui :
[OH+] = eKb x M = a x M
Text Box: [OH+] = eKb x M  =  a x MKb = Tetapan ionisasi basa
M = Konsentrasi basa
a = Derajat ionisasi
Jika tetapan Ionisasi asam (Ka) terdiri dari dua yaitu Ka1 dan Ka2, maka harga Ka merupakan hasil perkalian dari Ka1 dan Ka2 seperti :
Asam Poliprotik
Ka Asam diprotik Ka = Ka1 . Ka2
Ka Asam triprotik Ka = Ka1 . Ka2 . Ka3
Text Box: Asam Poliprotik Ka Asam diprotik Ka = Ka1 . Ka2 Ka Asam triprotik Ka = Ka1 . Ka2 . Ka3 Tetapan Ionisasi Asam (Ka) dan Basa (Kb) Monoprotik









Nama
Rumus Kimia
Tetapan Ionisasi
Asam Benzoat
C6H5COOH
6.7 x 10-6
Asam Florida
HF
6.7 x 10-10
Asam Sianida
HCN
6.7 x 10-8
Asam Nitrit
HNO2
6.7 x 10-4
Asam Asetat
CH3COOH
6.7 x 10-5
Asam Laktat
HC3H5O3
6.7 x 10-4
Asam Format
HCOOH
6.7 x 10-4
Amonia
NH3
6.7 x 10-5
Hidrasin
H2H4
6.7 x 10-6
Hidroksiamin
NH2OH
6.7 x 10-6
Anilin
C6H6NH2
6.7 x 10-10
Tetapan Ionisasi Asam (Ka) dan Basa (Kb) Monoprotik
Nama
Rumus Kimia
Tetapan Ionisasi
Ka1
Ka2
Asam Sulfat
H2SO4
Sangat Besar
1.2 x 10-2
Asam Karbonat
H2CO3
4.3 x 10-7
5.6 x 10-11
Asam Sulfit
H2SO3
1.5 x 10-2
1.0 x 10-7
Asam Askorbat
H2C6H3O3
7. 9 x 10-5
1.6 x 10-12
Indikator Asam Basa
Zat yang bersifat asam basa banyak terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Yaitu :
ý Asam Sitrat
ý Vitamin C tidak lain dari asam Askorbat
ý Asam Asesat yaitu cuka
ý Asam karonat memberikan rasa segar dalam minuman ringan.
ý Asam Sulfat untuk akumular
Contoh Basa :
ý Amoniak untuk pelarut disinfektan
ý Soda api (natrium Hidroksida) untuk membersihkan cairan bak cuci
ý Alumunium Hidrosida dan Magnesium Hidrosida untuk membuat obat nyeri lambung
Sifat-sifat Asam :
ý Rasanya asam
ý Korosif (bersifat merusak)
ý Merubah warna lakmus biru menjadi merah
Sifat-sifat Basa :
ý Rasanya pahit
ý Kaustik (bersifat licin)
ý Merubah warna lakmus merah menjadi biru






Tabel Indikator untuk menunjukan Asam dan Basa
Nama Indikator
Warna dalam Larutan
Asam
Basa
Lakmus Merah
Merah
Biru
Lakmus Biru
Merah
Biru
Fenolftalein
Tidak berwarna
Merah
Fenol Merah
Kuning
Merah
Metil Merah
Merah
Kuning
Metil Kuning
Merah
Kuning
Metil Jingga
Merah
Jingga Kuning
Asam Kuat atau Basa Kuat : asam atau basa yang dalam air sebagian besar atau seluruh molekulnya terurai menjadi ion-ion
Asam Lemah atau Basa Lemah : asam atau basa yang dalam air sebagian kecil molekulnya terurai menjadi ion-ion


LARUTAN BUFFER
Larutan buffer adalah larutan yang terdiri dari garam dengan asam lemahnya atau garam dengan basa lemahnya. Komposisi ini menyebabkan larutan memiliki kemampuan untuk mempertahankan pH jika kedalam larutan ditambahkan sedikit asam atau basa. Hal ini disebabkan larutan penyangga memiliki pasangan asam basa konyugasi (ingat konsep asam Lowry-Bronsted) perhatikan Bagan 8.24.
bagan 8.24
Bagan 8.24. Skema larutan buffer dan komposisi asam basa konyugasi
Kita ambil contoh pasangan antara asam lemah CH3COOH dengan garamnya CH3COONa. Di dalam larutan
CH3COONa CH3COO- + Na+ (Garam)
CH3COOH CH3COO- + H+ (Asam lemah)
Dalam larutan terdapat CH3COOH merupakan asam dan CH3COO- basa konyugasi.
Kehadiran senyawa dan ion ini yang dapat menetralisir adanya asam dan basa dalam larutan. Jika larutan ini ditambahkan asam, terjadi reaksi netralisasi,
H+ + CH3COO- CH3COOH
Kehadiran basa dinetralisir oleh CH3COOH
OH- + CH3COOH CH3COO- + H2O
Untuk larutan buffer dengan komposisi lain adalah campuran antara garam dengan basa lemahnya, seperti campuran NH4Cl dengan NH4OH. Garam terionoisasi
NH4Cl NH4+ + Cl-
NH4OH NH4+ + OH-
Dalam larutan garam terdapat pasangan basa dan asam konyugasi dari NH4OH dan NH4+, adanya molekul dan ion ini menyebabkan larutan mampu mempertahankan pH larutan. Tambahan H+ dapat dinetralisir oleh NH4OH sesuai dengan reaksi :
NH4OH + H+ NH4+ + H2O
Demikian pula adanya tambahan basa OH- dinetralisir oleh ion amonium dengan reaksi :
NH4+ + OH- NH4OH
Larutan buffer yang terdiri dari garam dan asam lemahnya atau basa lemahnya memiliki harga pH yang berbeda dari garamnya ataupun dari asam lemahnya, karena kedua larutan terionisasi.




















BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari data di atas diperoleh kesimpulan:
TEORI
ASAM
BASA
Arrhenius
Melepaskan H+
Menangkap OH-
Brownsted Lowry
Donor Proton
Akseptor Proton
Lewis
Akseptor pasangan Elektron
Donor pasangan Elektron
Mengukur Derajat Keasaman(Ph)
LAKMUS
ASAM
BIRU
MERAH
MERAH
BIRU
BIRU
MERAH
BIRU
Rentang Derajat Keasaman (pH)
LARUTAN
HARGA Ph
ASAM
pH<7
BASA
pH>7
Titrasi adalahreaksi netralisasi.Yaitu dengan menggunakan larutan standar asam dan larutan standat basa. Pada prinsipnya, reaksi yang terjadi adalah reaksi netralisasi yaitu :
artikel 8
Berdasarkan konsep lain reaksi netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa).
Dalam kimia, garam ialah senyawa netral yang terdiri atas ion-ion.
Dalam ilmu kimia, garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation)
dan ion negatif (anion
), sehingga membentuk senyawa
(tanpa bermuatan).
Reaksi kimia untuk menghasilkan garam antara lain
1. Reaksi antara asam dan basa, misalnya HCl + NH3 NH4Cl.
2. Reaksi antara logam dan asam kuat encer, misalnya Mg + 2 HCl MgCl2 + H2
Keterangan: logam mulia umumnya tidak bereaksi dengan cara ini.
Garam dapat melalui reaksi antara asam dan basa. Produk reaksi yang lain adalah air. Reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air, reaksi ini disebut Reaksi Netralisasi. Akan tetapi kenyataannya larutan garam tidak selalu bersifar netral.



































DAFTAR PUSTAKA

www.chemistry.org/asam basa dan garam




Auto-hide: on